PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN “MIND MAPPING” TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA FRATER MAKASSAR PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang berakal sehingga rasa ingin tahunya takkan pernah habis semasa hidupnya. Segala jenis keadaan alam baik yang dapat ditangkap panca indera maupun tidak adalah media ajar untuk manusia dalam mendalami peristiwa alam. Selain untuk mengetahui, manusia juga harus memenuhi kebutuhan serta mengatasi masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Hal ini menjadi dorongan bagi para ahli untuk mengembangkan teori yang ada agar menghasilkan teori baru bahkan zat baru yang bermanfaat bagi manusia.
Telah banyak teori yang ditemukan dan bahkan telah ditetapkan sebagai hukum yang dipedomani dalam mempelajari lebih lanjut, mengembangkan, dan menerapkan teori tersebut. Teori-teori dan hukum-hukum yang menjelaskan tentang gejala dan peristiwa yang terjadi di alam diklasifikasikan ke dalam satu disiplin ilmu yang dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Ada dua cara mendalami IPA, yaitu melalui serendipity dan dengan metode ilmiah. Serendipity jarang sekali terjadi sehingga tidak dapat diandalkan dalam mempelajari IPA sedangkan cara kedua harus dilakukan dengan melakukan kegiatan di laboratorium melalui pendekatan ilmiah, yaitu metode ilmiah.
Langkah umum metode ilmiah adalah mengidentifikasi masalah, menetapkan hipotesis, menetapkan langkah-langkah penyelesaian masalah, melakukan percobaan, mencatat data, menarik kesimpulan, dan menerbitkan laporan.
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari material dan perubahannya yang ada dalam alam semesta, termasuk ke dalam ruang lingkup IPA. Dengan demikian, belajar ilmu kimia seharusnya berorientasi pada metode ilmiah. Belajar dengan metode ilmiah memerlukan ingatan yang baik. Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Namun kebanyakan yang terjadi sekarang ini siswa tidak dapat mengingat materi yang diberikan oleh guru dengan kata lain materi tidak tersimpan lama dalam kognitif siswa. Hal ini terjadi karena informasi yang diperoleh siswa tidak diolah lebih lanjut sehingga hanya tersimpan dalam memori jangka pendek tidak tersimpan dalam memori jangka panjang. Untuk mengatasi hal tersebut, siswa melakukan berbagai hal salah satunya mencatat dengan baik materi yang diberikan guru. Seperti yang dikutip dari pernyataan salah seorang pemerhati pendidikan sebagai berikut:
Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori, tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan. (R. Teti Rostikawati.2008:1)

Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Pada dasarnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran. Seperti yang terjadi di SMA Frater Makassar, model pembelajaran yang digunakan guru adalah model konvensional dengan menggunakan cara mencatat tradisional sehingga kebanyakan dari materi pelajaran yang kompleks dan membutuhkan pemahaman yang mendalam seperti materi ikatan kimia sangat sukar dipahami oleh siswa dan siswa cenderung belajar menghafal menyebabkan materi tersebut tidak tersimpan dalam kognitif siswa dan siswa cenderung tidak berminat untuk mempelajari materi tersebut. Terlihat dari hasil belajar siswa, dengan menggunakan ketuntasan 65, siswa yang tuntas belajar pada ikatan kimia hanya 50% .
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan memperkenalkan cara mencatat dalam bentuk lain yang dikenal dengan mind mapping dengan memfokuskan pada pengaruh penggunaan model mind mapping terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Frater Makassar khusus pada materi pokok Ikatan Kimia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
Apakah pengaruh penggunaan model pembelajaran mind mapping lebih besar daripada pengaruh penggunaan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Frater Makassar pada materi pokok Ikatan Kimia ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh penggunaan model pembelajaran mind mapping lebih besar daripada pengaruh penggunaan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Frater Makassar pada materi pokok Ikatan Kimia.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi jurusan , Memberikan literatur tentang Mind Mapping sehingga dapat dijadikan pedoman bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut tentang Mind Mapping
2. Bagi psekolah, memberikan sumbangan pemikiran atau bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberikan alternatif cara mencatat siswa terutama yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar siswa.
3. Bagi pembaca dapat memberikan informasi tentang Mind mapping dan sebagai tolok ukur untuk penelitian lebih lanjut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Mind Mapping
Mind mapping dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep tentang permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya. Sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung dari cara kerja koneksi-koneksi di dalam otak. Senada dengan yang dikemukakan dalam bukunya Pintar Mind Map
Mind mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Mind mapping mengembangkan cara berpikir divergen, berpikir kreatif. Mind mapping adalah alat berpikir organisasional yang sangat hebat. Mind maping dapat diistilahkan sebagai Pisau tentera Swiss Otak. Mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan. (Tony Buzan.2008.4)

Hal itu juga dibenarkan oleh Eric Jensen yang menyatakan,
Mind mapping merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Mind mapping sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Mind mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari (R. Teti Rostikawati 2008:4)
Hasil dari mind mapping akan menggambarkan pola pikir seseorang secara teratur, penuh dengan warna, garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Mind mapping buka hal yang sukar dilakukan dan berharga mahal, hanya membutuhkan kemauan untuk mengerti suatu materi. Karena menurut Tony Buzan 2008, orang yang memperkenalkan mind mapping untuk membuatnya hanya diperlukan bahan-bahan berikut:
a. Kertas kosong tak bergaris
b. Pena dan pensil warna
c. Otak
d. Imaginasi

Sedangkan untuk mind mapping ada beberapa komponen yang harus diperhatikan yaitu konsep utama, isu utama, sub isu (dari setiap isu utama), sub-sub-isu (dari setiap isu), dan proposisi. Sehingga langkah-langkah dasar mind mapping menurut Tony Buzan 2008 adalah:
a. Mulailah dari tengah kertas kosong
b. Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama
c. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat. Buatlah ranting-ranting yang berhubungan ke cabang dan seterusnya
d. Buatlah garis hubung yang melengkung
e. Gunakan satu kunci untuk setiap garis
f. Gunakan gambar

Sekarang ini, telah banyak yang merasakan dan mengakui bahwa mind mapping sangat bermanfaat dalam kegiatan manusia, karena menghasilkan catatan yang langsung menggambarkan cabang-cabang pikiran pencatat, sehingga pencatat mudah memahami isi catatanya walaupun hanya melihat sepintas dalam bukunya Buku Pintar Mind Map Toni Buzan menuliskan beberapa nama para ahli yang sukses karena pekerjaannya diawali dengan mind mapping. Mind mapping dinilai dapat pemecahan masalah dengan efektif. Menurut Toni Buzan 2008 mind mapping dapat membantu kita untuk banyak hal seperti:
a. Merencanakan
b. Berkomunikasi
c. Menjadi lebih kreatif
d. Menyelesaikan masalah
e. Memusatkan perhatian
f. Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran
g. Mengingat dengan baik
h. Belajar lebih cepat dan efisien
i. Melatih “gambar keseluruhan”

Sedangkan menurut S.B. Widyandan (2008), jika dikaitkan dengan berpikir kreatif, mind mapping dapat membantu:
a. Meningkatkan kecepatan berpikir
b. Memberi kita kelenturan yang terbatas
c. Menjelajah jauh dari pemikiran kita ke tempat ide-ide orisinal menunggu
Menurut Suyatno 2009 untuk anak-anak, mind mapping memiliki manfaat, sebagai berikut: “membantu dalam mengingat, mendapatkan ide, menghemat waktu, berkonsentrasi, mendapatkan nilai yang lebih bagus, mengatur pikiran dan hobi, media bermain, bersenang-senang dalam menuangkan imajinasi yang tentunya memunculkan kreativitas”

2. Model Mind Mapping
Mind mapping yang dilakukan oleh siswa harus diarahkan oleh guru agar mind map siswa searah dengan inti materi yang disajikan guru. Oleh karena itu, jika mind mapping diterapkan dalam pembelajaran maka harus melalui langkah-langkah konkrit membentuk sebuah model pembelajaran yang dapat mengubah cara mencatat siswa dari linear panjang menjadi mind map sintaksnya adalah sebagai berikut:
Informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi. (Herdian.2009)
Kelebihan pembelajaran model Mind mapping :
1. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas.
2. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya
3. Catatan lebih padat dan jelas
4. Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan.
5. Catatan lebih terfokus pada inti materi
6. Mudah melihat gambaran keseluruhan
7. Membantu Otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat hubungan
8. Memudahkan penambahan informasi baru
9. Pengkajian ulang bisa lebih cepat
10. Setiap peta bersifat unik
Kekurangan pembelajaran model Mind mapping :
1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.
2. Tidak sepenuhnya murid yang belajar
3. Mind map siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa mind map siswa.
(Kiranawati.2007:1)
3. Hasil Belajar
Semua aktivitas dan prestasi hidup adalah hasil belajar. Menurut Slameto “belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. (Abdul Haling.2007:2)
Sedang menurut W.S. Winkel 2005 “belajar pada manusia merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”
Hamalik mengatakan, “Belajar adalah suatu perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar itu perubahan-perubahan bersifat psikhis.” (Abdul Haling.2007:2)
Tetapi secara singkat Gledger mengatakan, “belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap” (Abdul Haling.2007.2)
Syaiful Sagala juga mengatakan “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu” (Syaiful Sagala.2003.37)
Berdasarkan pengertian belajar tersebut maka hasil belajar juga memiliki banyak devinisi, menurut Hardward Kingsley, ”hasil belajar terdiri atas tiga macam, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita” (Nana Sudjana.1989.22) sedangkan Benyamin Bloom mengatakan, “hasil belajar terdiri dari tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah psikomotoris, dan ranah afektif” (Nana Sudjana.1989.22)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
1) Faktor biologis (jasmani), keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.
2) Faktor psikologis, faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan keluarga, Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
2) Faktor lingkungan sekolah, Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
3) Faktor lingkungan masyarakat, Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain. (Indra.2008)

4. Tinjauan Umum Materi Pokok Ikatan Kimia
Ikatan kimia merupakan materi kelas X semester I dengan alokasi waktu penyajian materi 6 jam pelajaran, secara umum ikatan kimia dapat digambarkan sebagai gaya yang bekerja pada gabungan atom atau ion yang ingin mencapai kestabilan. Gaya tersebut dapat berupa gaya antar atom dan gaya antarmolekul. Namun di kelas X baru mempelajari pengenalan ikatan kimia yang meliputi kecenderungan atom berikatan untuk mencapai kestabilan, sebagai berikut:
Atom selalu ingin mencapai kestabilan sehingga berikatan dengan atom lain, yang dimaksud dengan stabil adalah mengikuti kaidah oktet (elektron valensi 8) dan duplet (elektron valensi 2) sama dengan jumlah elektron valensi gas mulia, adapun jenis ikatan yang mungkin terbentuk adalah:
a. Ikatan ion
Ikatan ion membentuk senyawa ion dari penggabungan unsur elektropositif yang membentuk kation dengan unsur elektrongatif yang membentuk anion
b. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terbentuk karena pamakaian pasangan elektron bersama membentuk senyawa kovalen yang terdiri dari kovalen polar dan nonpolar. Dapat dibedakan atas, ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua, dan ikatan kovalen rangkap tiga.
Ikatan Kovalen terdiri dari, ikatan kovalen murni, ikatan kovalen yang terbentuk karena kedua atom yang berikatan masing-masing menyumbangkan elektronnya untuk pemakaian bersama, dan ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang terbentuk karena pada pembentukan ikatan pasangan elektron yang digunakan bersama hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan.

c. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah gaya tarik ion positif atom-atom logam dengan lautan elektron, Lautan electron pada Kristal logam memegang erat ion-ion positif pada logam sehingga bila dipukul atau ditempa logam tidak akan pecah tercerai-berai tetapi akan menggeser dan menyebabkan logam dapat ditempa, ulet, dan bahkan bisa diulur menjadi kawat. Logam juga mempunyai electron valensi yang dapat bergerak bebas dari satu ion positif atom ke ion positif atom lainnya menjadikan logam sebagai penghantar listrik dan kalor yang baik. Hal inilah yang memberikan sifat khas pada logam
Ikatan-ikatan antaratom tersebut disajikan lebih jelas dengan menggunakan Lambang Lewis dan menjelaskan pula pengecualian kaidah oktet seperti yang terjadi pada BCl3.
B. KERANGKA PIKIR
Proses belajar mengajar membutuhkan proses menyimpan informasi. Namun sebagai manusia, siswa tidak mampu langsung menyimpan semua informasi dalam otaknya oleh karena itu, diperlukan cara untuk menyimpan informasi tersebut dan dapat diambil dengan mudah ketika diperlukan oleh siswa, cara tersebut adalah mencatat. Berdasarkan kajian teori, maka diperlukan sebuah cara mencatat siswa yang dapat menuangkan semua pemikiran secara terstruktur ke atas kertas. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Dalam penelitian ini difokuskan pada salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran mind mapping di mana dalam hal ini diterapkan pada materi pokok ikatan kimia
Cara mencatat yang selama ini dikenal adalah mencatat tradisional, yaitu mencatat linear panjang. Cara ini sering dilakukan siswa sebagai rutinitas saja, tanpa mengerti apa yang dicatatnya demikian pula siswa sering malas mempelajari kembali catatanya karena begitu panjang dan padat catatan itu. Pembelajaran model mind mapping memperkenalkan cara mencatat model lain yaitu, cara mencatat yang dapat memperjelas topik-topik utama materi pelajaran terutama materi berupa bacaan yang banyak membutuhkan catatan panjang dan analisis siswa seperti ikatan kimia, dapat membantu siswa mengolah dan menyimpan informasi ke dalam memori jangka panjangnya, memperkenalkan cara mencatat dengan strategi kognitif melalui teknik visualisasi verbal ke dalam gambar dengan metode pengembangan kegiatan berpikir, dapat menyederhanakan masalah yang kompleks. Selain itu, pembelajaran model mind mapping menawarkan cara belajar berkelompok yang memungkinkan siswa bertukar pikiran satu dengan yang lain sehingga mind map siswa tidak terlalu bervariasi dan mempermudah guru mengontrol dan mengarahkan siswa. Warna-warni tinta yang digunakan memberi kesan pada mata sehingga lebih mudah diingat. Selain itu, dapat menggambarkan pemikiran seseorang tentang suatu materi yang digambarkan secara terstruktur dari tengah kertas sebagai pusat pemikiran dan diperluas oleh cabang-cabang pemikiran sampai materi diulas secara keseluruhan namun hanya menggunakan kata-kata kunci sebagai inti dari materi sehingga mempermudah guru untuk mengklasifikasikan siswa yang mengerti materi dan yang tidak mengeri. Model pembalajaran mind mapping cocok untuk semua jenis mata pelajaran, namun lebih efisien pada pelajaran yang berupa bacaan seperti pada ikatan kimia dibandingkan pada pelajaran berhitung.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka penggunaan pembelajaran model mind mapping menuntut siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena hasil mind
mapping tergantung pada apa yang siswa ketahui, hasil mind mapping secara berkelompok akan dipersentasikan di depan kelas dan hasil mind mapping secara individual merupakan tugas di setiap pertemuan.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pengaruh penggunaan model pembelajaran mind mapping lebih besar daripada pengaruh penggunaan model konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Frater Makassar pada materi pokok Ikatan Kimia.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest-only control group desain. Dalam desain ini subjek ditempatkan pada kelompok control dan kelompok eksperimen secara acak oleh karena dianggap kedua kelompok ekivalen dalam segala hal. Hal ini berarti jika terdapat perbedaan setelah diberi perlakuan, maka perbedaan tersebut disebabkan oleh perlakuan yang diberikan. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
R = Kelas acak
E = Kelompok eksperimen
(R) → E X1 Y1
(R) → K X2 Y2
K = Kelompok control
X1 = Model mind mapping
X2 = Model konvensional
Y1 = Tes akhir kelompok eksperimen
Y2 = Tes akhir kelompok kontrol
(Sudjana.2004.38)

B. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas variable bebas dan variable terikat. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran konvensional. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel bebas
1. model pembelajaran mind mapping adalah model pembelajaran yang menggunakan cara mencatat materi pelajarannya dengan menggunakan tinta warna warni dan mencatat dimulai dari tengah kertas kemudian dikembangkan melalui cabang-cabang pemikiran dengan menggunakan kata-kata yang dianggap penting dalam materi tersebut.
2. Pembelajaran model konvensional adalah model pembelajaran yang menggunakan cara mencatat tradisional dengan mencatat seluruh materi secara linear panjang.
b. Variabel terikat
Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar mengajar pada materi pokok ikatan kimia.

C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Frater Makassar tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 152 orang, yang terbagi ke dalam 4 kelas yang homogen.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling, dari 4 kelas diambil 2 kelas secara acak.
D. PROSEDUR PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan
Sebelum dilakukan proses belajar-mengajar dilakukan beberapa persiapan, yaitu:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk materi ikatan kimia
b. Menyusun instrumen berupa materi ajar, Lembar Kerja Siswa, dan test hasil belajar yang terdiri atas soal essay
2. Tahap pelaksanaan
Proses belajar mengajar dilakukan sebanyak empat kali pertemuan dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut:
Melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan model mind mapping pada kelompok eksperimen dan model konveksional pada kelompok kontrol selama tiga kali pertemuan. Langkah-langkah yang dilakukan pada setiap pertemuan dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Langkah-langkah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas eksperimen
(model pembelajaran mind mapping) Kelas kontrol
(model pembelajaran konvensional)
1. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 6 orang dalam satu kelompok
2. Menuliskan indikator yang ingin dicapai
3. Memberikan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan indicator
4. Siswa mendiskusikan permasalahan dan membuatkan mind mapnya
5. Persentase mind mapping yang dibuat berkelompok
6. Siswa membuat mind maping secara individual sesuai hasil diskusi kelas sebagai kesimpulannya
7. Evaluasi dan refleksi 1. Menuliskan indikator yang ingin dicapai
2. Menjelaskan materi
3. Memberikan soal latihan pada siswa
4. Memberikan kesempatan untuk bertanya
5. Kesimpulan
6. Evaluasi

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan posttest, untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Instrumen yang digunakan mencakup semua indikator yang harus dicapai oleh siswa pada materi ikatan kimia. Test hasil belajar siswa disusun dalam bentuk essay terdiri atas 5 nomor
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Penggolongan data hasil penelitian menggunakan dua teknik statistik, yaitu statistik deskriptif dan inferensial.
1. Analisis statistik deskriptif
Analisi statistik deskriftif hasil belajar siswa pada materi pokok ikatan kimia untuk kelas eksperimen, yang terdiri dari skor rata-rata (mean), standar deviasi, skor tertinggi dan terendah. Data hasil belajar siswa kemudian dikategorikan dalam kategori tuntas dan tidak tuntas berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di SMU Frater Makassar untuk materi pokok ikatan kimia, yaitu:
Tingkat penguasaan kriteria
< 65 tidak tuntas
65 -100 tuntas

2. Analisi statistik inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji distribusi data setiap variabel, dengan menggunakan analisis X2.

Rumus yang digunakan:

Kriteria pengujian normalitas, X2 hitung < X2 tabel, maka data terdistribusi normal. (Subana, dkk.2000:124,126)
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh homogen uji dilakukan dengan menggunakan uji varians
Rumus yang digunakan :

Kriteria pengujian homogenitas, F hitung t tabel, terdapat pengaruh.
Melalui bantuan program computer SPSS for Windows menggunakan univariate test dengan criteria pengujian hipotesis, p > α, terdapat pengaruh.

Tag:

Tinggalkan komentar